Jumat, 26 September 2014

EKOLOGI TANAMAN FAPERTA UNMUH JEMBER


BAB I
PKONSEP EKOLOGI DAN EKOSISTEM



Dalam berbagai kegiatan pembangunan negara serta bangsa Indonesia tampak bahwa ekologi sebagai ilmu sekarang ini konsepnya sudah banyak diterapkan, misalnya konsep pelestarian segala macam sumber daya alam, konsep perlindungan plasma nutfah, pengendalian kelahiran dalam program keluarga berencana pada populasi manusia, konsep penanganan ekosistem, hasil maksimal yang berkelanjutan, konsep penanganan permasalahan daerah liran sungai, konsep perlindungan terhadap ekosistem mangrove, dan lain sebagainya. Konsep ekologi berperan demikian penting pada masa sekarang, sehingga konsep serta dasar ekologi perlu ditunjukkan sedini mungkin serta disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat.
Ekologi sebagian besar berkepentingan dengan populasi dan komunitas. Populasi dalam ekologi, aslinya diartikan sebagai kelompok orang, lalu diperluas menjadi kelompok-kelompok makhluk yang manapun. Dengan istilah Komunitas (kadang-kadang disebut sebagai “komunitas biotik”), dimaksudkan meliputi semua populasi yang berdiam di suatu daerah tertentu. Komunitas dengan lingkungan non-hayati berfungsi bersama sebagai suatu sistem ekologik atau ekosistem. Sistem biologik yang paling besar dan hampir dapat memenuhi kebutuhan sendiri disebut biosfer atau ekosfer. Gen merupakan anasir sel, sel menyusun jaringan, jaringan menyusun organ, organ menyusun organisme, organisme menyusun populasi, populasi merupakan anasir komunitas, komunitas menyusun ekosistem, dan ekosistem menyusun biosfer.
Banyak ilmuwan berbagai disiplin ilmu yang berlainan telah menggunakan hampiran melalui konsep ekosistem dalam memecahkan berbagai macam persoalan ekologi di laboratorium dan di lapangan atau di alam sesungguhnya. Menurut Odum (1983) dalam ekosistem yang majemuk seperti danau  dan hutan, dilaksanakan hampiran.
þ Hologik (holos = keseluruhan) yaitu masukan dan keluaran diukur secara kolektif dan bersama dengan hal-hal yang muncul lalu dikaji, kemudian bagian-bagian anasir diteliti sesuai dengan yang diperlukan.
þ Merologik (meros = bagian) yaitu bila bagian-bagian yang utama dikaji lebih dulu kemudian diwujudkan dalam keterpaduan sebagai suatu sistem utuh.

1.       Pengertian Ekologi



Ekologi meskipun masih tetap berakar dalam biologi tetapi sekrang ekologi rupanya berperan sebagai suatu disiplin ilmu yang menjembatani ilmu fisika yang eksakta dan ilmu sosial yang non-eksakta. Odum (1983) menuliskan bahwa ekologi sebelum tahun 1970 dipandang sebagai sub divisi biologi dan dipelajari melalui kurikulum biologi.
Semua sumber acuan menyebutkan bahwa ekologi berasal dari kata Yunani “oikos” yang berarti rumah tangga dan “logos” yang berarti ilmu. Odum (1971) menulis ekologi sebagai suatu kajian makhluk di tempat hidupnya. Selanjutnya ditulisnya bahwa ekologi seperti diartikan dalam kamus Webster’s Unabridged Dictionary sebagai totalitas atau pola hubungan antara makhluk dan lingkungan mereka.
Krebs (1978) menuliskan bahwa Ernst Haeckel pada tahun 1869 memberi takrif ekologi sebagai suatu hubungan keseluruhan antara makhluk hidup, dalam hal ini hewan dengan lingkungan organik dan an-organik. Ditulisnya juga bahwa Charles Elton (1972) dalam bukunya Animal Ecology memberi takrif ekologi sebagai sejarah alam secara ilmiah. Selanjutnya ditulisnya takrif ekologi yang jelas dan terbatas yang berbunyi bahwa ekologi adalah kajian ilmiah tentang agihan dan kelimpahan makhluk (Andrewartha, 1961). Lebih lanjut oleh Krebs (1978) ekologi diberi takrif sebagai kajian ilmiah tentang interaksi yang menentukan agihan dan kelimpahan makhluk. Eugene Odum (1971, 1983) memberi takrif ekologi ialah kajian tentang struktur dan fungsi alam.
Kendeigh (1980) memberikan takrif ekologi sebagai kajian tentang hewan dan tumbuhan dalam hubungannya antara satu makhluk yang satu dengan yang laindan antara makhluk dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik atau lingkungan kimiawi, atau lingkungan hayati, jadi makhluk hidup berupa tumbuhan dan hewan dapat bertindak sebagai lingkungan bagi makhluk lain. Darnel (1971) menulis bahwa ekologi ialah ilmu yang berkaitan dengan tanggapan makhluk. Tanggapan makhluk dapat secara sendiri-sendiri dan dapat dalam kelompok, terhadap faktor lingkungan yang bertindak secara tunggal atau bersama-sama. Ekologi berkenaan dengan cara-cara makhluk merubah lingkungannya dan cara makhluk-makhluk itu menyesuaikan diri mereka sendiri.
Ekologi ialah ilmu tentang interaksi antara memberi dan menerima, antara stimulus dan tanggapan, antara stimulasi dan umpan balik. Interaksi disini mengandung unsur korelasi antara ubahan satu dengan ubahan lain, misalnya salinitas sebagai salah satu ubahan dapat menentukan populasi udang, tetapi udang sebagai ubahan tidak mesti dapat mempengaruhi salinitas. Populasi hama wereng sebagai salah satu ubahan terpengaruh oleh populasi tanaman padi, ialah jika tanaman padi populasinya nol alias tidak ditanam maka populasi hama wereng menjadi nol juga. Sebaliknya populasi tanaman padi dipengaruhi juga oleh populasi hama wereng yaitu jika populasi hama wereng sangat besar maka populasi tanaman padi dapat menjadi nol.
          Jadi Ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara tanaman dengan lingkungannya. Tanaman membutuhkan sumberdaya kehidupan dari lingkungannya, dan mempengaruhi lingkungan begitu juga sebaliknya lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ekologi dibagi atas dua bagian yaitu Sinekologi dan Autekologi.
Tujuan mempelajari ekologi tanaman adalah kita dapat melakukan budidaya tanaman dan memperoleh hasil yang optimum dengan tidak merusak lingkungan.
   Pada prinsipnya ditinjau dari biologi, makhluk hidup dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu, hewan dan tumbuhan. Kedua kelompok ini sangat tergantung kepada faktor-faktor yang ada diluar dirinya baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain tidak ada satu makhluk hidup pun di dunia ini yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung dengan faktor lainnya.
Faktor luar yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup ini disebut dengan lingkungan.
Manusia sebagai makhluk hidup telah terlibat dan tertarik dengan masalah- masalah lingkungan
sejak dahulu kala walaupun mereka tidak mengerti perkataan ekologi itu sendiri. Dalam masyarakat primitif setiap individu untuk dapat bertahan hidup memerlukan pengetahuan terhadap alam lingkungannya. Alam lingkungan (environment) ialah alam diluar organisme yang efektif mempengaruhi kehidupan organisme tersebut. Setiap tanaman menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian ini berguna untuk mempertahankan hidupnya.

2.       Pengertian ekosistem



Apabila ekologi melibatkan energi dan siklus kimia, maka ekosistem meliputi faktor-faktor abiotik dan komunitas. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara suatu komunitas dengan lingkungan fisiknya sehingga ekosistem meliputi komponen biotik dan abiotik yang terdapat di suatu area. Proses aliran energi dan perputaran materi kimia sangat berhubungan dengan tingkatan dari suatu ekosistem. Sebagai suatu konsep dalam ekologi, maka ekosistem masih dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai sistem biologik yang terdiri atas :
þ Anasir non biotik, misalnya cahaya matahari, tanah, air, dan udara.
þ Anasir biotik, yang terdiri atas makhluk hidup yang dibedakan menjadi makhluk hidup yang autotrof serta yang heterotrof.
Ekosistem emrupakan suatu istilah yang diusulkan oleh A.G. Tansley (1935, seperti yang termuat dalam berbagai buku acuan antara lain Miller 1982, Krebs 1978, Kendeigh 1980, Odum 1971, Odum 1975, dan lain sebagainya) sering juga disebut sebagai sistem ekologik yang secara diagramatik dapat disebut sebagai kumpulan komunitas, sedangkan komunitas adalah kumpulan populasi.
Ekosistem adalah suatu sistem yang terbuka, yaitu suatu sistem yang menerima masukan dan menghasilkan keluaran, dapat juga disebut sebagai lingkungan masukan dan lingkungan keluaran yang tergabung dan penting untuk ekosistem dalam berfungsi dan memelihara ekosistem itu sendiri. Masukan dan keluaran itu dapat berupa energi, materi, atau makhluk hidup yang imigrasi dan emigrasi.
3.       Unsur penyusun ekosistem
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam ekosistem terdapat anasir biotik yang berujud makhluk hidup yang dibedakan menjadi makhluk yang autotrof dan heterotrof. Makhluk autotrof yang disebut juga sebagai produsen ialah makhluk tumbuhan hijau yang mampu menghasilkan bahan makanan berupa bahan organik dari bahan anorganik sederhana, oleh pertolongan sinar matahari. Peristiwa ini disebut juga fotosintesis. Sekarang yang tergolong ke dalam makhluk autotrof adalah juga makhluk yang yang mampu melaksanakan kemosintesis.
Makhluk heterotrof yang juga disebut konsumen, dan dibedakan menjadi makrokonsumen  serat mikrokonsumen. Makrokonsumen disebut juga makhluk fagotrof dan umumnya adalah hewan yang makan makhluk lain atau butiran-butiran bahan organik, misalnya sebagai contoh anatara lain sapi, kuda, anjing, harimau, gajah, ikan, burung, ular, cumi-cumi, kepiting dan lain sebagainya.
Mikrokonsumen yang juga disebut pengurai atau makhluk heteretrof yang osmotrof, disebut juga sebagai saprotrof. Pengurai ini teruatama adalah bakteria dan fungi yang memperoleh energi dengan cara menguraikan jaringan mati atau dengan mengabsorpsi bahan organik terlarut yang terekstrak dari tumbuhan atau makhluk lain.
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).
Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
4.Pengertian Habitat dan Relung dalam Ekosistem
Habitat dan relung merupakan dua istilah tentang kehidupan organisme. Habitat merupakan tempat suatu organisme hidup. Untuk menemukan organisme tertentu harus mengetahui tempat hidupnya.
Relung (niches) adalah posisi atau status suatu organisme dalam suatu komunitas tertentu yang merupakan hasil dari adaptasi, respon isiologis serta perilaku khusus organisme yang bersangkutan.
Semua organisme memiliki tempat hidup masing-masing sesuai dengan toleransinya terhadap lingkungan mereka tinggal. Istilah habitat juga dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas.
Setiap makhluk hidup memiliki fungsi dari jabatan tertentu. Fungsi atau tugas makhluk hidup dalam suatu ekosistem disebut juga dengan relung atau nisla. Jabatan dan fungsi organisme dapat dibedakan menjadi empat yakni produsen, konsumen, dekompuser dan detritivora.

5.Pengertian Produsen dalam Habitat dan Relung




Produsen adalah organisme yang bisa menyusun senyawa organik dari senyawa anorganik. Produsen juga dapat digolongkan dalam organisasi yang bisa menghasilkan makanannya sendiri.
Senyawa organik yang lebih kompleks dan berenergi tinggi disintesis dari senyawa anorganik sederhana dengan menggunakan energi matahari.
Yang termasuk dalam kelompok produsen ini adalah tumbuhan hijau, beberapa jenis bakteri dan ganggang. Hal ini dikarenakan organisme produsen ini mampu menghasilkan zat makanan sendiri yang juga biasa disebut dengan organisme autotrof.
Amilum yang terbentuk dapat dirubah menjadi senyawa lain melalui reaksi metabolisme yang juga dapat menjadi gula, lemak, protein dan vitamin.

6. Pengertian Konsumen dalam Habitat dan Relung

Konsumen dalam ekosistem adalah organisme yang tidak bisa membuat makanannya sendiri. Konsumen merupakan organisme yang tak mampu menyusun senyawa organik sendiri.
Zat organik ini diperlukan berasal dari produsen atau organisme lain. Karena makannya tergantung kepada organisme lain yang juga biasa disebut dengan organisme hetertotrof.
Berdasarkan organisme yang dimakan konsumen dapat dibedakan dalam beberapa bagian seperti berikut ini:
  • Herbivora adalah konsumen yang makanannya tumbuh-tumbuhan.
  • Karnivora adalah konsumen yang makanannya hewan lain.
  • Omnivora adalah konsumen yang makanannya berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Berdasarkan tingkatannya konsumen dapat dibedakan menjadi berikut:
  • Konsumen tingkat I yaitu konsumen yang langsung memakan produsen.
  • Konsumen tingkat II yaitu konsumen yang langsung memakan konsumen tingkat I.
  • Konsumen tingkat II yaitu konsumen yang memakan konsumen tingkat ke II.
  • Konsumen puncak adalah konsumen yang berkedudukan sebagai pemakan konsumen tingkat ke III.
7. Pengertian Dekomposer dalam Ekosistem



Pengertian dekomposer disebut juga dengan pengurai, dimana organisme ini mampu menghancurkan partikel-partikel organisme lain. Dengan menghancurkan partikel-partikel tersebut mereka mendapatkan makanan atau bahan organik yang diperlukan untuk hidup.
Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai adalah bakteri dan jamur yang bersifat saprofit. Zat-zat makanan yang terkandung dalam sampah akan diurai oleh organisme saprofit menjadi gas hydrogen sulfide yang dapat menimbulkan bau berupa karbon dioksida, air, dan mineral-mineral yang meresap ke dalam tanah.
Mineral, air dan karbon dioksida merupakan hasil penguraian yang dapat diserap oleh tumbuhan. Karena zat organik yang terurai akan mengalami daur ulang kembali menjadi unsur hara.
8.Pengertian Detritivora dalam Ekosistem

Detritivora adalah golongan organisme yang memakan partikel-partikel organik atau detritus. Detritus merupakan hancuran jaringan hewan atau tumbuhan yang melapuk.
Hewan yang termasuk dalam jaringan detritivora diantaranya adalah cacing tanah, siput, lipan, teripang, serta berbagai jenis heterotrof lainnya.
Selain ke empat komponen tersebut, di dalam ekosistem juga dijumpai hewan konsumen lain yang memakan bangkai binatang sisa atau binatang yang telah mati. Hewan pemakan bangkai ini disebut scavanger.
Selain itu ada juga hewan yang menangkap dan memangsa hewan lain, hewan ini juga disebut dengan istilah predator. Selain predator juga ada parasit, yakni makhluk hidup yang mengambil makanan dari makhluk hidup lain.
Dalam ekosistem, predator memiliki peran sebagai penjaga keseimbangan lingkungan. Hilangnya predator dapat memicu tingginya pertumbuhan dan perkembangan populasi hewan yang dimangsa. Jika predator hama sudah habis, maka sudah barang tentu populasi hama dapat meningkat dengan pesat.




BAB II. POPULASI


Populasi ditakrifkan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Odum 1971). Taxonomiwan menggunakan istilah populasi untuk suatu kumpulan setempat individu yang sedikit berbeda dari kumpulan setempat lain pada spesies yang sama (Keindeigh 1980). Suatu populasi dapat juga ditakrifkan sebagai suatu kelompok makhluk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus (Krebs 1978). Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
4.     Pertumbuhan Populasi
Populasi adalah suatu kesatuan yang selalu berubah dan yang menarik perhatian adalah bukan hanya perubahan dalam ukuran besarnya dan komposisinya pada saat yang manapun, tetapi juga bagaimanakah populasi itu berubah. Ada beberapa karakteristik populasi yang berhubungan dengan istilah laju, yang diperoleh dengan membagi perubahan dengan periode waktu berlangsungnya perubahan. Jadi laju menunjukkan kecepatan sesuatu berubah dalam satuan waktu. Cacah kelahiran per tahun adalah kelahiran. Istilah “per” berarti “dibagi oleh”. Untuk rerata perubahan populasi dapat dinyatakan dengan notasi baku delta N per delta t, dengan keterangan N = ukuran besarnya populasi (atau ukuran lain untuk kepentingan), sedangkan t = waktu. Notasi untuk laju sesaat adalah dN/dt.
a.     Pertumbuhan exponensial
Populasi-populasi memiliki pola-pola pertambahan yang disebut bentuk pertumbuhan populasi. Ada dua pola dasar pertumbuhan populasi yang didasarkan atas bentuk kurva pertumbuhan hasil pengeplotan secara aritmatik, ialah bentuk pertumbuhan exponensial yang seperti huruf J dan bentuk pertumbuhan sigmoid atau yang seperti huruf S. dua tipe ini dapat digabungkan atau dimodifikasikan, atau dua-duanya ialah digabungkan dan dimodifikasikan dalam berbagai cara menurut kekhususan berbagai makhluk dan lingkungan.
Dalam pertumbuhan yang berbentuk seperti huruf J kerapatan bertambah dengan cepat secara exponensial dan kemudian berhenti mendadak ketika perlawanan lingkungan dan faktor-faktor pembatas mulai berlaku mendadak. Bentuk ini dapat diwujudkan dalam persamaan :
dN/dt = r  *  N dengan batas tertentu terhadap N

b.    Pertumbuhan sigmoid
Dalam pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid proses pertambahannya terjadi lambat pada awalnya, disebut fase percepatan positif. Kemudian proses pertambahan itu berlangsung lebih cepat barangkali mendekati fase logaritmik, tetapi akan segera berkurang kecepatannya lambat-laun karena perlawanan lingkungan secara persentase bertambah, pada bagian ini disebut percepatan negatif, sehingga dicapai suatu aras keseimbangan dan fase ini dipertahankan. Bentuk ini diwujudkan dalam model sederhana yang juga disebut persamaan logistik sebagai berikut :
dN/dt = r  *  N  *  [(K-N) / K]
tetapan K adalah asimtot atas kurva sigmoid, dan disebut sebagai daya dukung. Dalam pertumbuhan populasi berbentuk seperti huruf J mungkin tidak ada aras keseimbangan, tetapi batas terhadap N merupakan batas atas yang dikenakan oleh lingkungan.
5.       Dinamika Populasi
Clapham (1983) menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan dinamika populasi adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Suatu tegangan terdapat di antara kecenderungan suatu populasi untuk tumbuh dan batas terhadap pertumbuhan tersebut yang ditentukan oleh lingkungan.
Pertumbuhan populasi bersangkutpaut dengan konsep laju natalitas dan laju mortalitas, yang disebut sebagai laju vital populasi. Dan bersangkutan juga dengan kerapatan atau cacah individu di dalam populasi. Berikut ini adalah yang disebut laju kasar natalitas, laju kasar mortalitas dan laju kasar pertumbuhan.

Laju natalitas (b)         =
Laju mortalitas (d)      =
Laju pertumbuhan      =








BAB III
HUBUNGAN TANAMAN DENGAN LINGKUNGAN



3.1.  Hubungan suhu/temperatur dengan pertumbuhan tanaman
Temperatur merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat penting bagi tumbuhan. Temperatur di sekitar tanaman, baik temperatur udara, air, ataupun tanah, dipengaruhi oleh banyak hal seperti durasi dan intensitas radiasi mataharilaju pindah panaslaju transpirasi dan evaporasi, dan aktivitas biologis di sekitar tanaman. Mudah mengukur temperatur udara di sekitar tanaman, namun sulit mengukur temperatur tanaman itu sendiri. Biasanya temperatur daun digunakan sebagai data yang mewakili karena permukaan daun yang luas serta kegunaan daun sebagai organ transpirasi menjadikannya tolok ukur pengukuran temperatur tanaman. Selain itu, temperatur tanah juga digunakan untuk mengukur temperatur organ perakaran tanaman.
Hubungan antara temperatur udara dan pertumbuhan tanaman sangat kompleks, namun pada umumnya memengaruhi kinerja enzimtanaman dan aktivitas air. Tanaman, selayaknya makhluk hidup lain di bumi ini, kehidupannnya dikendalikan oleh aktivitas enzim di dalam maupun di luar sel. Jika temperatur terlalu dingin, sel tidak akan aktif dan cenderung dorman, sedangkan ketika temperatur terlalu tinggi, enzim perlahan-lahan akan mengalami pengurangan aktivitas hingga akhirnya mati. Jika tidak ada aktivitas enzim, kehidupan tidak akan berlangsung dengan baik. Selain itu, temperatur yang tinggi juga akan menyebabkan laju transpirasi meningkat melebihi penyerapan air oleh akar sehingga sel tanaman akan mengering dan mati.
Temperatur bersama-sama dengan kelembaban udara adalah yang paling memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Suhu/temperatur berkorelasi positif dengan radiasi matahari. Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi.
Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses di atas setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik maupun kimia, menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi).
Peningkatan suhu disekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah. Peranan suhu kaitannya dengan kehilangan lengas tanah melewati mekanisme transpirasi dan evaporasi. Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanaman akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau.

3.2. Hubungan cahaya matahari  dengan pertumbuhan tanaman
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling penting bagi tanaman karena merupakan sumber energi bagi fotosintesis tanaman. Cahaya yang paling penting bagi tanaman adalah cahaya tampak, yang memiliki panjang gelombang antara 390-700 nm.
Mengendalikan intensitas cahaya agar optimum bagi tanaman merupakan hal yang sulit. Rekayasa lingkungan untuk mendapatkan kondisi cahaya yang sesuai dapat dilakukan dengan sistem perlampuan. Hal ini umum dilakukan jika intensitas cahaya alami yang tersedia kurang atau tidak ada. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua tanaman pertanian menyukai intensitas cahaya tinggi, ada tanaman pertanian yang tumbuh subur dengan naungan, atau tanaman pertanian dinaungi untuk tujuan tertentu (misal pohon teh untuk membuat teh putih atau tembakau untuk mendapatkan daun yang lebar dan tipis).
Selain intensitas, durasi ketersediaan cahaya juga merupakan hal yang penting. Sebagian tipe tanaman dipengaruhi oleh lamanya penyinaran agar berbunga atau menghasilkan hasil yang baik, namun ada juga yang tidak; misalnya, anggrek cattleya tidak akan berbunga jika lamanya penyinaran melebihi 15 jam sehari, bit gula tidak akan menghasilkan gula yang banyak jika tidak mendapatkan cahaya lebih dari 8 jam sehari, dan tomat tidak dipengaruhi lamanya penyinaran. Fenomena ini disebut fotoperiodisme.
Cahaya merupakan faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Fotosintesis : sebagai sumber energi bagi reaksi cahaya, fotolisis air menghasilkan daya asimilasi (ATP dan NADPH2).
Cahaya matahari ditangkap daun sebagai foton, tidak semua radiasi matahari mampu diserap tanaman, cahaya tampak, dg panjang gelombang 400 s/d 700 nm. Faktor yang mempengaruhi jumlah radiasi yang sampai ke bumi: sudut datang, panjang hari, komposisi atmosfer.
Cahaya yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis, 75-85% untuk memanaskan daun dan transpirasi. Kebutuhan intensitas cahaya berbeda untuk setiap jenis tanaman, dikenal tiga tipe tanaman C3, C4, CAM, C3 memiliki titik kompensasi cahaya rendah, dibatasi oleh tingginya fotorespirasi C4 memiliki titik kompensasi cahaya tinggi, sampai cahaya terik, tidak dibatasi oleh fotorespirasi .

3.3.       Hubungan struktur tanah dengan pertumbuhan tanaman
Struktur tanah adalah susunan  partikel-partikel atau  fraksi-fraksi primer tanah ( Pasir, Debu, Liat dan Lempung), menjadi susunan yang majemuk atau disebut susunan sekunder, yang masing- masing dibatasi oleh bidang belah (bidang batas) alami.
Struktur tanah dapat dikatakan sebagai hasil agregasi partikel-partikel primer tanah, menjadi agregat- agregat (gumpalan) tanah yang lebih besar
Hubungan struktur tanah dan tanaman secara  langsung , dengan terbentuknya ruang-ruang pori makro akan terbentuk tata udara dan tata air atau porositas yang baik didalam tanah sehingga pertumbuhan tanamann akan baik. Pada tanah yang  mengandung bahan organic  tinggi, maka akan tercipta penyediaan air yang baik dan tanah menjadi lebih subur. Disamping itu, bila terbentuk struktur yang mantap infiltrasi air tanah berjalan baik, dan memperlambat terjadinya erosi sebagai akibat aliran limpasan permukaan (Run- off).
          Hubungan struktur tanah dan tanaman secara tidak langsung,  apabila terbentuk struktur yang jelek atau padat, kemungkinan banyak terjadi pada struktur keeping atau tidak berstruktur massif, maka akan menghambat pertumbuhan akar tanaman, sehingga akan terbatas pengambilan unsur hara dari dalam tanah. Demikian pula pada keadaan tidak berstruktur single grain (berbutir) pada tanah pasir, akan terbatas pada penyediaan air dan unsur hara.

3.4.Hubungan Cuaca dengan pertumbuhan tanaman

Keadaan cuaca di suatu tempat serta perubahannnya dalam jangka pendek berpengaruh kuat terhadap proses metabolisme sel dan kadar air di dalam tanah. Terdapat pola hubungan antara cuaca dan proses fisiologi tanaman maupun ternak. Data cuaca sehari-hari bermanfaat untuk membantu tindakan operasional dalam usaha tani. Dalam jangka panjang dapat diketahui hubungan antara data iklim dengan data pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman dan ternak tertentu. Data iklim akan sangat bermanfaat untuk perencanaan tataguna lahan bagi pertanian. Dari data tanaman dan data iklim kita dapat memilih tempat-tempat yang memiliki iklim yang sesuai bagi pengembangan tanaman atau ternak tertentu.
Pengaruh cuaca/iklim terhadap tanaman atau ternak baru dapat diketahui setelah kita hubungkan "rekaman" proses metabolisme yakni data biologi dengan "rekaman" proses perubahan atmosfer yakni data cuaca. Tanaman yang berasal dari benih yang sehat, cukup haranya dan kebutuhan airnya, maka pertumbuhan dan perkembangannya sepenuhnya tergantung pada perubahan cuaca selama periode hidupnya. Gejala pertumbuhan dinyatakan oleh pertambahan satuan panjang, volume dan berat hasil fotosintesis yang disimpan dalam organ tubuhnya. Dari tiga macam parameter pertumbuhan tersebut dapat dipilih yang paling praktis untuk digunakan. Pengukuran lebih jauh sering diperlukan terhadap kadar zat-zat tertentu di dalamnya antara lain kadar pati, gula, air, selulose, minyak dan sebagainya. Perkembangan tanaman dapat diartikan sebagai perubahan bentuk, struktur dan komposisi, serta fungsi dari bagian tanaman secara teratur. Perubahan tersebut berlangsung fase demi fase selama satu daur hidup. Fase-fase perkembangan meliputi benih, kecambah, pertumbuhan organ vegetatif, berbunga, persarian bunga, pembentukan biji dan pemasakan buah/biji. Masing-masing tahapan sangat tergantung pada keadaan cuaca.

Unsur-unsur cuaca dan iklim di lapangan memberikan pengaruh terhadap kehidupan tanaman dalam bentuk interaksi yang seringkali sangat kompleks. Kadang-kadang sulit untuk melihat pengaruh suatu unsur cuaca atau iklim terhadap tanaman , tanpa memperhatikan pengaruh unsur cuaca/iklim lainnya.

Sejalan dengan luasnya data biologi/fisiologi yang diperlukan untuk menilai pertumbuhan, perkembangan dan produksi maka dibutuhkan bermacam data cuaca/iklim yang mempengaruhinya. Keperluan data cuaca/iklim untuk pertanian dapat digolongkan ke dalam tiga katagori sebagai berikut:
  1. data mikrometeorologi dari suatu lahan pertanian contoh (stasiun agromet khusus) untuk mengetahui berbagai hubungan cuaca-tanaman (atau ternak) yang bersifat mendasar.
  2. data cuaca atau iklim dari stasiun termasuk jaringan pengamatan cuaca/iklim meso. Data ini disediakan untuk penggunaan oleh petani dalam memperbaiki penyelenggaraan usaha taninya.
  3. data cuaca dan iklim dari stasiun yang merupakan jaringan pengamatan cuaca/iklim makro (regional). Data tersebut bermanfaat untuk peramalan cuaca/iklim makro (regional). data tersebut bermanfaat untuk peramalan cuaca/iklim pada daerah luas dan untuk melihat kesesuaian iklim bagi tanaman dan ternak. Dari data iklim makro di berbagai tempat di seluruh dunia memungkinkan pemetaan kelas-kelas iklim serta memudahkan pertukaran informasi unsur-unsur iklim yang diperlukan untuk usaha introduksi tanaman  ke wilayah lain.

3.5. Hubungan Kelembaban udara relative dengan pertumbuhan tanaman
Kelembaban udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio antara tekanan uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur tersebut. Pengertian lain dari RH adalah perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.
Dalam konteks budidaya tanaman, kelembaban udara dipengaruhi dan memengaruhi laju transpirasi tanaman. Tingginya laju transpirasi akan meningkatkan laju penyerapan air oleh akar hingga pada batas tertentu, namun jika terlalu tinggi melampaui laju penyerapan dan terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanaman mengering.
Kelembaban udara, bersama dengan temperatur paling banyak memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.

3.6.Hubungan Karbon Dioksida (CO2) dengan pertumbuhan tanaman
Karbon dioksida adalah gas yang diperlukan oleh tanaman sebagai bahan dasar berlangsungnya fotosintesis. Tanpa Karbon dioksida, tanaman tidak akan menghasilkan hasil pertanian karena karbon dioksida bersama air dan cahaya matahari merupakan bahan dasar proses pembentukan hasil-hasil pertanian melalui fotosintesis tanaman.

3.7.      Hubungan Kecepatan Angin dengan pertumbuhan tanaman
Yang dimaksud dengan kecepatan angin dalam hal ini adalah besarannya dan tidak bergantung pada arah. Angin memengaruhi laju transpirasi, laju evaporasi, dan ketersediaan karbon dioksida di udara. Tanaman akan mengalami kemudahan dalam mengambil karbon dioksida di udara pada kecepatan udara antara 0,1 hingga 0,25 m/s. American Society of Agricultural Engineering merekomendasikan kecepatan angin dalam budidaya tanaman tidak melebihi 1 m/s. Pengendalian kecepatan angin dapat dilakukan jika budidaya dilakukan dalam greenhouse dengan ventilasi yang tidak terlalu terbuka serta dinding yang kedap udara.



BAB IV.
EKO-ENERGITIKA




Energetika diterjemahkan dari ergenetics yang dalam kamus Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary berarti cabang ilmu mekanika yang berkaitan dengan energi dan trasformasinya. Eko-energetika ialah bidang ekologi yang memperbincangkan terutama tentang peran energi dan transformasinya dalam ekologi. Begon dkk (1990) menuliskan bahwa semua mkhluk yang hidup memerlukan bahan untuk membentuk tubuhnya dan memerlukan energi untuk semua aktivitasnya. Tubuh makhluk tumbuhan dan hewan di dalam suatu satuan luasan merupakan suatu biomassa yang merupakan ‘standing crop”. Adapun yang dimaksudkan dengan biomassa ialah massa makhluk per satuan luasan tanah atau perairan dan biasanya dinyatakan dalam satuan energi (misalnya joule m-2) atau bahan organik kering (mislnya ton ha-1). Sebagian besar bimassa dalam komunitas hampir selalu terbentuk oleh tumbuhan, dan tumbuhan merupakan produsen primer biomassa oleh sebab kemampuan tumbuhan yang hampir unik untuk menambat carbon dalam fotosintesis. Disini memang harus disebut “hampir unik” oleh karena fotosintesis dan kemosintesis bakterial dapat juga berperan dalam pembentukan biomassa baru yang walaupun biasanya tidak begitu bermakna.
1.   Piramida dan Rantai Makanan




Piramida makanan menunjukkan aliran energi dan kimia melewati berbagai macam tingkatan. Produsen primer bersifat autotrof yang biasanya menggunakan energi matahari untuk proses fotosintesis gula yang digunakan sebagai bahan bakan pada proses respirasi dan  materi penyusun tubuh untuk senyawa organik lain. Konsumen primer adalah herbivora yang makan tumbuhan dan algae. Konsumen sekunder adalah karnivora yang memangsa herbivora. Sedangkan konsumen tersier adalah pemangsa karnivora yang lain. Detrivor memangsa sisa-sisa senyawa organik dan organisme-organisme  yang telah mati.
Tumbuhan adalah produsen utama dalam ekosistem terestrial, sedangkan protista fotosintetik dan cyanobacteria merupakan produsen pada ekosistem perairan. Kemosintetik pada bakteri terjadi di area lautan yang dapat dijangkau panas (tidak bergantung pada energi cahaya). Fungi dan bakteri adalah dekomposer yang paling penting pada kebanyakan ekosistem. Cacing tanah, kecoa, udang dan lain-lain juga merupakan dekomposer.
Rantai makanan menunjukkan transfer makanan dari berbagai tingkatan dalam piramida makanan. Omnivora memangsa berbagai tingkatan dalam piramida makanan. Hampir semua ekosistem mempunyai rantai dengan percabangan yang sangat kompleks sehingga disebut jaring-jaring makanan.
2.   Aliran Energi
Kurang dari 1% sinar matahari dapat diserap tumbuhan untuk proses fotosintesis. Walaupun demikian fotosintesis di dunia ini menghasilkan kira-kira 170 bilion ton/tahun materi organik. Masing-masing ekosistem memiliki produktivitas yang tidak sama. Kecepatan konservasi dari energi cahaya menjadi energi kimia dalam suatu ekosistem disebut produktivitas primer. Produktivitas primer bersih (NPP = net primer productivity) adalah produktivitas kasar (GPP = gross primer productivity) dikurangi jumlah energi yang digunakan tumbuhan dalam respirasi selulernya. Pada kebanyakan tumbuhan, 50% - 90% dari GPP masih tinggal sebagai NPP. GPP dapat diukur di habitat perairan dengan cara membandingkan konsentrasi oksigen dalam inkubasi botol gelap dan transparan. Pada botol gelap hanya terjadi respirasi, sedangkan pada botol transparan terjadi respirasi dan fotosintesis. Cara lain dengan menggunakan karbon radioaktif yang diinkorporasikan ke dalam plankton. Produktivitas primer dapat dirumuskan sebagai energi/unit area/unit waktu (kcal/m2/th) atau dalam biomas (g/m2/th).
Hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang produktif. Produktivitas dalam lingkungan terestrial dipengaruhi oleh endapan, panas, intensitas cahaya, panjang musim, kandungan mineral, dan suplai karbondioksida. Produktivitas di laut lebih besar di laut yang sempit dibandingkan dengan laut terbuka karena kandungan mineral di dekat permukaan dimana adanya sinar matahari sangat terbatas. Sementara produktivitas dalam ekosistem air tawar dipengaruhi oleh intensitas cahaya, temperatur, dan ketersediaan mineral.

BAB V.
KOMPONEN PENYUSUN EKOSISTEM




Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
5.1.Faktor Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan.
a.Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi.
BAB VI
ADAPTASI




Adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya meliputi :adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.
6.1.         Adaptasi morfologi
Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut.

a.Gigi-gigi khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.
b. Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.
c.Paruh
Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya.
d. Daun

Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.
e. Akar
Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas. (LihatGambar 6.9).
3.Adaptasi fsiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut.
a.Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
b.Kantong tinta

Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.
c.Mimikri pada kadal
Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.
3.Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai berikut :
a.Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
b.Migrasi
Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.






BAB VII
POPULASI




7.1 Pengertian Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah 2552 batang.
Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Misalnya, tahun 1980 populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990 dihitung lagi ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa selama 10 tahun terjadi pengurangan pohon pinus sebanyak 200 batang pohon. Untuk mengetahui kecepatan perubahan maka kita membagi jumlah batang pohon yangberkurang dengan lamanya waktu perubahan terjadi :
700 - 500 = 200batang
1990-1980 10 tahun         = 20 batang/tahun
Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya pohon tiap tahun adalah 20 batang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik iniantara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas danmortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi.
Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia. Imigrasi adalahperpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
7.2.Emigrasi
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama.
7.3.Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
7.4 Interaksi Antar Komponen
 a.Interaksi antar organism
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
a.Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
b.Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
c.Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.
contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang.
d.Komensalisme
Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
e.Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
b. Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.
a.Alelopati
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
b.Kompetisi
Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
c.Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.
d.Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik

Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.


BAB VIII
PERKEMBANGAN EKOSISTEM


Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dariluar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru.
Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada daerah yang baru saja mengalami letusan gunung berapi. Rangkaian suksesinya sebagai berikut.
Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa saat tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak. Tumbuhan perintis ini akan menggemburkan tanah, sehingga tanah dapat ditumbuhi rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumput-rumput ini tumbuh dengan suburnya, tanah akan makin gembur karena akar-akar rumput dapat menembus dan melapukan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang datangnya dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati. Dengan semakin subur dan gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari luar daerah itu akan tumbuh, sehingga proses pelapukkan akan semakin banyak. Dengan makin gemburnya tanah, pohon-pohon akan mulai tumbuh. Kehadiran pohon-pohon akan mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga akhirnya tanah akan didominasi oleh pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewan-hewan yang menghuni daerah tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada perubahan jenis vegetasi yang ada. Ada hewan yang datang dan ada hewan yang pergi. Komunitas klimaks yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen, tapi dapat juga komunitas yang heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen adalah hutan pinus, hutan jati. Contoh komunitas klimaks yang heterogen misalnya hutan hujan tropis.

BAB IX
RANTAI MAKANAN





Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia.
Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
9.1Rantai-Pemangsa

Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
9.2Rantai-Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
9.3Rantai-Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan.
9.2 Rantai Makanan dan Tingkat Trofik
Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan.
Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat memakan.
Sumber asal energi adalah matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Oleh karena itu, tumbuhan tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama.
Hewan herbivora atau organisme yang memakan tumbuhan termasuk anggota tingkat trofik kedua.
Karnivora yang secara langsung memakan herbivora termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang memakan karnivora di tingkat trofik tiga termasuk dalam anggota iingkat trofik keempat.
9.3.Piramida Ekologi
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3 jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.
a.Piramida-jumlah
Organisme dengan tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam piramida jumlah, seperti kita Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya makin berkurang.
Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas normal, jumlah tumbuhan selalu lebih banyak daripada organisme herbivora.
Demikian pula jumlah herbivora selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1. Kamivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2. Piramida jumlah ini di dasarkan atas jumlah organisme di tiap tingkat trofik.
b.Piramida biomassa
Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam memperagakan aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan piramida biomassa.
Biomassa adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan.
Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan diukur dalam gram.
Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya diambil sedikit sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa dihitung. Dengan pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih akurat tentang apa yang terjadi pada ekosistem.
c.Piramida-energy

Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan observasi yang dilakukan dalam waktu yang lama.
Piramida energi mampu memberikan gambaran paling akurat tentang aliran energi dalam ekosistem. Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap tingkat trofik.
Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena hal-hal berikut.
1. Hanya h makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat trofik
2. Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan dikeluarkan sebagai sampah.
3. Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh organisms, sedangkan sisanya digunakan sebagai sumber energy


BAB.X

IDENTIFIKASI,ESTIMASI DAN PREDIKSI HASIL PERTANIAN DENGAN SATELIT INDERAJA
(BONUS ILMU TERBARU)
Oleh: Ir.H. Hudaini Hasbi,MSc.Agr.**Dosen Faperta Unmuh Jember



Pada perang dingin antara Amerika Serikat (blok barat) dan Uni Soviet (blok timur) tahun 1980-an, Amerika dengan teknologi satelitnya berhasil membuat Uni Soviet cerai berai. Pada saat itu Amerika secara kontinyu memantau produksi gandum di wilayah Uni Soviet dan sekutunya dengan bantuan citra satelit inderaja, sehingga pada era perang dingin tersebut Amerika dapat memprediksi bahwa suatu saat Uni Soviet akan kekurangan pangan (gandum) sehingga akan sangat ketergantungan pada negara lain, tertutama terhadap Amerika yang menjadi salah satu negara utama penyuplai gandum di dunia.
Sejak jaman Presiden Soekarno sudah dipertegas bahwa masalah pertanian merupakan masalah hidup dan mati, jaman orde baru pun dicanangkan pembangunan pertanian yang terhimpun dalam PELITA I-V tahun 1969 s/d 1994. Setelah PELITA I–V seharusnya bangsa Indonesia telah tinggal landas, namun krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, pertumbuhan perekonomian menurun drastis bahkan hingga minus, hanya sektor pertanian yang positif, bahkan produk pertanian tertentu mengalami peningkatan. Kawasan pertanian yang ada di Indonesia dan Jawa Barat pada khususnya merupakan aset yang sangat berharga sebagai pondasi perekonomian bangsa.

Indonesia merupakan masyarakat yang agraris, Jawa sendiri merupakan lumbung pada nasional yang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perekonomian pertanian di Indonesia, sentra-sentra produksi pertanian Jawa khususnya padi tersebar di sepanjang jalur pantura seperti : Bekasi, Kerawang, Subang, Indramayu dan Cirebon. Namun kita ketahui bersama daerah pantura merupakan daerah yang rawan terhadap bencana kekeringan dan banjir. Sehingga sering kita mendengar fuso (gagal panen) karena banjir atau kekeringan.
Apa yang dilakukan Amerika pada waktu perang dingin dengan memonitoring lahan pertanian menggunakan satelit inderaja, sangat dapat dilakukan oleh kita pada sekarang ini, banyak satelit inderaja yang mengangkasa dengan resolusi spasial, spektral, temporal dan radiometrik yang beraneka ragam. Pemilihan satelit inderaja disesuaikan dengan informasi yang kita inginkan. Bagaimana pemanfaatan satelit inderaja untuk identifikasi, estimasi dan prediksi hasil tanaman pertanian?
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah sejauh mana informasi yang akan dibutuhkan, dan disesuaikan dengan karakteristik citra satelit yang akan digunakan. untuk informasi yang detail (skala besar) dapat menggunakan citra satelit QUICKBIRD, IKONOS dan SPOT, untuk informasi regional (skala menengah) dapat menggunakan citra satelit SPOT, ASTER, LANDSAT, dan untuk informasi global (skala kecil) dapat menggunakan citra satelit NOAA dan MODIS. Citra satelit tersebut yang selama ini paling banyak digunakan. sebagai contoh: untuk pengelolaan yang disesuaikan dengan tata ruang tingkat kabupaten/propinsi dengan informasi skala peta 1:25.000 s/d 1:100.000 dapat digunakan citra satelit skala menengah (SPOT,ASTER,LANDSAT).
Selama ini untuk prediksi tingkat kehijauan tanaman pertanian khususnya padi telah dilakukan secara kontinyu oleh LAPAN, dengan menggunakan citra satelit NOAA /MODIS. Khusus untuk citra satelit MODIS merupakan citra satelit hyperspektral generasi baru di gunakan untuk pengamatan daratan dan perairan. Citra satelit MODIS (Moderate Resolution Imaging spectroradiometer) merupakan salah satu sensor yang dimiliki oleh EOS (Earth Observing system) dan dibawa oleh 2 wahana yaitu TERRA yang diluncurkan pada 18 Desember 1999 dan AQUA pada tanggal 4 mei 2002. Sensor MODIS merupakan turunan dari sensor AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer), SeaWIFS (Sea-Viewing Wide Field of view sensor) dan HIRS (High Resoution Imaging Spectrometer) yang dimiliki EOS yang sebelumnya telah mengorbit. Kelebihan sensor MODIS dibandingkan dengan sensor global lainnya adalah dalam hal resolusi spasial 250 m, 500 m dan 1 Km. adapun kelebihan lainnya berupa kalibrasi radiometrik, spasial dan spektral dilakukan waktu mengorbit, peningkatan akurasi/presisi radiometrik dan peningkatan akurasi posisi geografis. Dikarenakan resolusi spasialnya, citra satelit MODIS hanya mampu menghasilkan informasi dengan skala gobal (1:500.000 s/d 1:1.000.000).
Untuk identifikasi dan estimasi luas areal pertanian guna menunjang tataruang dan pembangunan tingkat kabupaten/kota dan propinsi (skala menengah) dapat dilakukan dengan menggunakan citra SPOT,ASTER dan LANDSAT. Metode yang digunakan yaitu analisa spektral dari citra yang digunakan dengan beberapa tahapan berupa: menentukan kelas spektral untuk masing-masing sampel, menspesifikasikan kelas spektral dengan algoritma statistik, menerapkan perhitungan statistik guna pengenalan pola, mengklasifikasi dan menginformasikan hasil klasifikasi dalam bentuk peta dan tabel. Informasi yang dihasilkan berupa identifikasi dan estimasi luas areal pertanian ini sangat dibutuhkan untuk; mengetahui secara pasti posisi/sebaran pertanian di suatu daerah yang dapat di klasifikasikan dalam unit kecamatan atau desa, mengetahui sejauhmana potensi pertanian suatu daerah secara spasial, mengetahui nilai proyeksi ekonomi pertanian daerah dan untuk perencanaan peningkatan ekonomi daerah khususnya dari sektor pertanian.
Prediksi hasil tanaman pertanian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi tingkat kehijauan suatu tanaman dengan menggunakan metode rasio (perbandingan) band inframerah dan near inframerah. Formula seperti ini dikenal dengan nama indeks vegetasi yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat kehijauan vegetasi berdasarkan biomasa tanaman. Formulasi Indeks vegetasi yang umum digunakan adalah NDVI (normalized difference vegetation indeks), secara visual kemampuan formula NDVI dapat membedakan objek vegetasi dan non vegetasi. Formulasi lain yang dikembangkan berupa indeks vegetasi terkoreksi (Enhanced Vegetation Index) Penajaman indeks vegetasi dilakukan dengan cara koreksi radiometrik dari pengaruh kondisi lahan (tanah dan kerapatan kanopi) dan aerosol yang terdeteksi oleh band biru serta posisi penyinaran matahari. Dengan menggunakan metode tersebut dapat memonitor perkembangan tanaman pertanian mulai dari masa tanam, pemeliharaan hingga produksi. Sehingga produksi hasil pertanian secara kualitas dan kuantitas dapat diprediksi dengan baik.
Sumber:*Pusat Penginderaan Jauh-ITB, sekarang sedang meneliti di JIRCAS, Tsukuba (2007-2008)


BAB XI
MARFOLOGI TANAMAN PADI

Bagian-bagian tanaman dalam garis besarnya dalam dua bagian besar, yaitu:
1.Bagian vegertatif, yang meliputi : akar, batang, dan daun.
2.Bagian generatif, yang meliputi : malai yang terdiri dari bulir-bulir daun bunga.

Adapun bagian Vegetatif terdiri dari :


1. Akar
Kira-kira 5-6 hari setelah berkecambah, dari batang yang masih pendek itu keluar akar-akar serabut yang pertama dan dari sejak ini perkembangan akar-akar serabut tumbuh teratur. Pada saat permulaan batang mulai bertunas (kira-kira umur 15 hari), akar serabut berkembang dengan pesat.
Dengan semakin banyaknya akar-akar serabut ini maka akar tunggang yang berasal dari akar kecambah tidak kelihatan lagi. Letak susunan akar tidak dalam, kira-kira pada kedalaman 20-30 cm. karena itu akar banyak mengambil zat-zat makanan dari bagian tanah yang di atas. Akar tunggang dan akar serabut mempunyai bagian akar lagi yang disebut akar samping yang keluar dari akar serabtu disebut akar rambut dan yang keluar dari akar tunggang, bentuk dan panjangnya sama dengan akar serabut.

2. Batang
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu dengan yang lainnyadipisah oleh sesuatu buku. Ruas batang padi di dalamnya beringga dan bentuknya bulat. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek. Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri.
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi bila malai belum keluar, dan sesudah malai keluar tingginya diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan). Adanya perbedaan tinggi dari suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi sawah bisaanya 80-120 cm.
Pada tiap-tiap buku, duduk sehelai daun. Di dalam ketiak daun terdapat kuncup yang tumbuh menjadi batang. Pada buku-buku yang terletak paling bawah mata-mata ketiak yang terdapat antara ruas batang-batang dan upih daun, tumbuh menjadi batang-batang sekunder yang serupa dengan batang primer. Batang-batang sekunder ini pada gilirannya nanti menghasilkan batang-batang tersier dan seterusnya. Peristiwa ini disebut pertunasan atau menganak.

3. Daun
Daun terdiri dari : helai daun yang berbentuk memanjang seperti pita dan pelepah daun yang menyelubungi batang. Pada perbatasan antara helai duan dan upih terdapat lidah daun. Panjang dan lebar dari helai daun tergantung kepada varietas padi yang ditanam dan letaknya pada batang. Daun ketiga dari atas bisaanya merupakan daun terpanjang. Daun bendera mempunyai panjang daun terpendek dan dengan lebar daun yang terbesar.
Banyak daun dan besar sudut yang dibentuk antara daun bendera dengan malai, tergantung kepada varietas-varietas padi yang ditanam. Besar sudut yang dibentuk dapat kurang dari 900 atau lebih dari 900 .

Adapun bagian generatif terdiri dari :

1. Malai
Suatu malai terdiri dari sekumpulan bunga-bunga padi (spikelet) yang timbul dari buku paling atas. Ruas buku terakhir dari batang merupakan sumbu utama dari malai, sedangkan butir-butir nya terdapat pada cabang-cabang pertama maupun cabang-cabang kedua.
Pada waktu berbunga, malai berdiri tegak kemudian terkulai bila butir telah terisi dan menjadi buah.
Panjang malai diukur dari buku terakhir sampai butir di ujung malai. Panjang malai ditentukan oleh sifat baka (keturunan) dari varietas dan keadaan keliling. Panjang malai beraneka ragam, pendek (20 cm), sedang (20-30 cm) dan panjang (lebih dari 30 cm).
Kepadatan malai adalah perbandingan antara banyaknya bunga per malai dengan panjang malai.

Misalnya : 300 bunga/malai = 15 bunga/malai per cm.
20 cm

Panjang malai suatu varietas demikian pula banyaknya cabang cabang tiap malai dan jumlah butir tiap-tiap cabang, tergantung kepada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Banyak cabang tiap-tiap malai berkisar dari 7-30 buah.


2. Bunga padi
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai denganwarna pada umumnya putih atau ungu.
Malai padi terdiri dari bagian-bagian : tangkai bunga, dua sekam kelopak (terletak pada dasar tangkai bunga) dan beberapa bunga. Masing-msing bunga mempunyai dua sekam mahkota, yang terbawah disebut lemma sedang lainnya disebut palea: dua lodicula yang terletak pada dasar bunga, yang sebenarnay adalah dua daun mahkota yang sudah berubah bentuknya. Lodicula memegang peranan penting dalam pembukaan palea pada waktu berbunga karena ia menghisap air dari bakal buah sehingga mengembang dan oleh pengembangan ini palea dipaksakan membuka.
Pada waktu padi hendak berbunga, lodicula menjadi mengembang karena ia menghisap air dari bakal buah. Pengembangan ini mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka. Hal ini memungkinkan benang sari yang sedang memanjang, keluar dari bagian atas atau dari samping bunga yang terbuka tadi.
Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya kandung serbuk, yang kemudian menumpahkan tepungsarinya. Sesudah tepung sari ditumpahkan dari kandung serbuk maka lemma dan palea menutup kembali. Dengan berpindahnya tepung sari ke kepala putik maka selesailah sudah proses penyerbukan. Kemudian terjadilah pembuahan yang menghasilkan lembaga dan endosperm. Endosperm adalah penting sebagai sumber makanan cadangan bagi tanaman yang baru tumbuh.

3. Buah padi
Yang sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian-bagian lain membentuk sekam (kulit gabah).
Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian: bagian paling luar disebut epicarpium, bagian tengah disebut mesocarpium dan bagian dalam disebut endocarpium.
Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm yang mengandung zat tepung dan sebagian ditempati oleh embryo (lembaga) yang terletak dibagian sentral yakni dibagian lemma.
Pada lembaga terdapat daun lembaga dan akar lembaga. Endosperm umumnya terdiri dari zat tepung yang diliputi oleh selaput protein. Endosperm juga mengandung zat gula, lemak, serta zat-zat anorganik (Badan Pengendali BIMAS, 1973)




DAFTAR PUSTAKA

Esmay, M.L. and J.E. Dixon. 1986. Environment Control for Agricultural Buildings. AVI Publishing Co., Inc. Westport, Connecticut.

Hanan, J.J., W.D. Holley, and K.L. Goldsberry. 1978. Greenhouse Management.

Kader, A.A. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. Publication 3311. University of California. Amerika Serikat.

Levitt (1980). Responces of Plant to Environmental stresses Water, Rediation, Stal and

Other. Stresses, Volume II Academic Press, New York London Toronto Sydney San Franssisco.

Rokhani, H. 2009. Pengendalian Lingkungan Dalam Bangunan Pertanian. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor.

Sri Setyati Harjadi dan Sudirman Yahya (1988). Fisiologi Stres Lingkungan, PAU Bioteknologi. Institut pertanian Bogor.

Springer-Verlag.1999. Planzenbau.Agrarwishenschaff.Berlin, Heidelberg, Germany.

USDA Agric. 1976. Handbook No 66. Commercial Storage of Fruits, Vegetables, and Florist and Nursery Stocks. USDA, Amerika Serikat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar