REALISME ILMIAH
(Sebuah Kajian Filsafat)1
HUDAINI HASBI)2
)2Mahasiswa S3 Ilmu Pertanian Unej 2014
Kata ‘real’(nyata) berasal dari bahasa
latin ‘res’ yang artinya pengertian terhadap sesuatu yang kongkrit dan
(sekaligus) abstrak. Sehingga ‘reality’ (realitas/kenyataan) berarti segala hal
tentang sesuatu yang nyata, yang real, dan ‘realisme’ adalah doktrin filosofi
tentang realitas dan aspek-aspeknya.
Realisme ilmiah ialah teori umum dari
pengetahuan ilmiah. Salah satunya mengasumsikan bahwa dunia adalah lumbung
pengetahuan yang masih banyak belum tergali oleh manusia. Dan ilmu pengetahuan
(sains) merupakan cara yang terbaik untuk mengeksplorasi pengetahuan yang masih
misteri tersebut. Sains tidak hanya menghasilkan prediksi, tetapi juga
menghasilkan pengetahuan tentang sifat alami benda-benda; Sains mencakup teori
metafisika dan teknik dalam satu kesatuan.
Realisme ilmiah memperlihatkan konsep
dan eksistensinya untuk sebuah pertentangan antara akal-sehat dengan
teori-teori umum yang ada. Berbagai macam kisah baru (sekarang disebut
’argumen’) dan nilai-nilai baru kehidupan muncul, menolak pendapat tradisional
dan mencoba menggantikannya dengan pendapat baru tersebut. Itu adalah
pertentangan antara pendapat traditional/lama dengan pendapat mereka yang baru.
Realisme ilmiah telah mempunyai
pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sains. Realisme ilmiah tidak hanya
menggambarkan apa yang sudah dihasilkan, tetapi juga menyediakan strategi,
saran dan solusi dalam penelitian untuk masalah khusus. Hingga Copernicus mengklaim bahwa ilmu
astronomi barunya mencerminkan susunan bola yang benar yang timbul secara dinamis.
Idenya itu pun bertentangan dengan teori fisika pada saat itu, epistemologi dan
doktrin agama yang dianut oleh orang-orang di zaman tersebut. Copernicus telah
membuat masalah baru tetapi dia pun juga memberikan solusi penyelesaian dari
masalah yang telah dia buat dan tradisi penelitian baru pun mulai berkembang.
Pada abad ke-19, teori-teori atom yang berkembang pada saat itu menimbulkan
masalah-masalah secara filosofis, fisika, kimia dan metafisika. Banyak
kekurangan dari teori-teori tersebut dimana ilmuwan belum mempu untuk
menjawabnya. Kekurangan-kekurangan itu dijadikan dasar untuk penemuan-penemuan
teori lebih lanjut. Para realis mengembangkannya lebih jauh dan akhirnya bisa
mendemonstrasikan batasan-batasan dari teori-teori tersebut. Kritikan einstein
pada teori kuantum mulai memberikan peningkatan perkembangan teoretis dan
percobaan-percobaan yang akurat dan mengklarifikasi konsep dasar dari teori
pada semua kasus tersebut. Dan realisme ilmiah menghasilkan penemuan-penemuan
dan menyumbang untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Hanya beberapa filsuf telah menguji
interaksi keberhasilan antara realisme ilmiah dan praktek ilmiah. Alasannya
bahwa ilmuwan dan filsuf tertarik pada perbedaan sifat benda-benda dan
pendekatan masalahnya dalam cara yang berbeda. Seorang ilmuwan berurusan dengan
kesulitan-kesulitan konkrit dalam menilai asumsi, teori, pandangan dunia,
aturan prosedur dengan cara yang mana mereka mempengaruhi situasi
permasalahnnya. Pendapatnya mungkin mengubah satu kasus ke kasus berikutnya dia
boleh menemukan bahwa bila sebuah ide seperti realisme ilmiah bermanfaat pada
beberapa peristiwa dia hanya mempersulit persoalan pada yang lainnya.
Seorang filsuf juga mau memecahkan
masalah, tetapi mereka bermasalah pada berbagai macam perbedaan. Mereka tersangkut
ide-ide abstrak seperti ’rasionalitas’, ’determinisme’, ’realitas’ dan
sebagainya. Filsuf menguji ide-ide tersebut dengan tenaga yang besar dan,
adakalanya, dalam semangat yang kritis, tetapi dia juga percaya bahwa keadaan
yang sangat umum dari penyelidikannya akan memberikan kepada dia kebenaran
untuk menjatuhkan hasil yang sudah dicapai pada seluruh subjek tanpa
mempertimbangkan masalah-masalah khusus, metode-metode, dan asumsi-asumsinya.
Secara sederhana dia menganggap bahwa pembicaraan umum dari ide-ide umum
menutupi seluruh penerapan-penerapan khusus.
Bila asumsi ini
mungkin menjadi benar untuk tradisi
abstrak yang mana dikembangkan dari prinsip dan oleh karena itu dapat
diharapkan untuk disetujui dengan mereka, tidak benar untuk tradisi sejarah dimana kasus tertentu,
termasuk penggunaan hukum-hukum dan teori-teori, diperlakukan sesuai dengan
keadaan tertentu yang mana mereka terjadi dan dimana prinsip dimodifikasi, atau
disediakan dengan pengecualian supaya setuju dengan keperluan keadaan tersebut.
Penelitian yang sudah dilakukan sudah membuat kita menyadari praktek ilmiah,
praktek ilmu pengetahuan alam yang tetap, adalah menganyam jaring tradisi
sejarah dengan ketat (dalam matematika ini adalah pertama ditunjukkan oleh ahli
intuisi, Kuhn sudah mempopulerkan hasil tersebut untuk ilmu pengetahuan alam
ketika Wittgenstein telah mengembangkan latar belakang filsafat). Ini berarti
bahwa pernyataan umum tentang sains, termasuk pernyataan logika, tidak bisa
tanpa keributan lebih lanjut diambil untuk setuju dengan praktik ilmiah
(mencoba menerapkannya pada praktek ini dan pada waktu yang sama untuk
memberikan catatan kebenaran berdasarkan sejarah darinya yang sudah memimpin
kemunduran rasionalisme). Kita harus menyelidiki bagaimana ilmuwan sebenarnya berpikir
tentang realitas dan apa ide realisme yang mereka kerjakan. Kita harus
mempelajari bermacam-macam versi realisme ilmiah.
TIPE REALISME
Untuk persoalan pemahaman Copernicus tentang kebenaran teori-teori. Sementara
pengikut aristoteles melihat pada fisika dan dasar filsafat untuk informasi
tentang struktur dunia, Copernicus dan Keppler mengklaim kebenaran pandangan
yang tidak termasuk teori dasar dari waktu. Seperti pada jaman purbakala
ketidakcocokan bukan antara posisi realis dan instrumentalisme mutlak, antara
dua posisi realis yaitu antara dua klaim berbeda dari kebenaran.
Klaim kebenaran dapat timbul hanya
dengan melihat pada teori-teori tertentu. Teori pertama dari realisme ilmiah
oleh karena itu tidak memimpin ke interpretasi realistik untuk semua teori,
tetapi hanya untuk itu semua yang mana telah dipilih sebagai dasar penelitian.
Mungkin dinyatakan sebagai (a) bahwa teori yang dipilih telah menunjukkan
kebenaran atau (b) bahwa mungkin mengasumsikan kebenarannya, sungguhpun teori
tersebut sudah tidak dibuat atau (bb) adalah pada konflik dengan kenyataan dan
pandangan yang dibuat.
Pandangan copernicus merupakan
kebenaran yang tidak sederhana sebab sesuai dengan kenyataan –
kesalahan-kesalahan apapun yang ada pada suatu teori dapat diketahui dengan
mencocokkannya dengan kenyataan yang ada – tetapi karena mereka telah
dipengaruhi oleh prediksi-prediksi novel dan karena mereka tidak gagal ketika
menerapkan topik sederhana tersebut sehingga sukses pun tercapai. Mereka akan tetap pada kebenaran itu hingga
ada ketentuan yang menerobos kebenaran tersebut. Bila mereka bisa
menyatakan kebenaran dari beberapa bagian suatu teori (misalnya garis bujur dan
garis lintang suatu planet) tetapi tidak untuk yang lainnya (peredaran bersama
Venus dan Merkurius pada garis edarnya). Kita telah menemukan kebenaran
pandangan copernicus untuk segala bagian dari hal tersebut.
Versi kedua dari realisme ilmiah
mengasumsikan bahwa teori ilmiah
mengenalkan kita pada entitas baru dengan sifat-sifat dan efek sebab akibat
yang baru. Versi ini sering pertama kali diidentifikasi, tetapi secara
sembarangan: teori-teori yang salah dapat mengenalkan entitas-entitas baru
(hampir seluruh unsur-unsur dari alam semesta secara fisik dikenalkan oleh
teori-teori yang sekarang kita mempercayainya sebagai hal yang salah).
Teori-teori mengandung istilah-istilah teoretis seperti istilah
syncategorematik bisa menjadi benar, tidak setiap teori mengenalkan entitas
dan, paling penting, teori dapat dirumuskan dengan cara yang berbeda,
menggunakan entitas teoretis yang berbeda dan tidak jelas yang mana entitas
yang didukung untuk menjadi hal-hal yang nyata (contoh pertama diketahui adalah
penggunaan sebuah excentre atau ofan epicycle untuk garis edar dari matahari).
Interpretasi keppler dari Copernicus memperlihatkan hubungan antara versi
pertama dan veri kedua dalam kasus spesial ini: teori tersebut benar dalam
semua bagiannya pada formulasi yang diberikan oleh Copernicus, semua entitas
teoretisnya dapat diasumsikan mewakili entitas nyata.
Situasi tidak selalu sesederhana itu,
bagaimanapun entitas teoretis mungkin mewakili entitas nyata – tetapi tidak
untuk teori yang pertama kali diusulkan. Sebuah contoh vektor potensial dalam
elektrodinamika. Menggunakan teorema Stoke bersama dengan divisi B = 0 (tanpa eksistensi
muatan magnetik) Kita dapat menghadirkan setiap vektor medan magnetik sebagai
medan vektor garis lingkaran, sebagaimana medan elektrostatik yang lain dapan
dihadirkan sebagai gradien skalar. Banyak ahli fisika telah menafsirkan
potensial sebagai pelengkap penting, yaitu sebagai entitas teoretis hanya
secara langsung berhubungan dengan entitas nyata seperti muatan, arus, medan.
Faraday, yang memperkenalkan ’elektrotonik
state’ yang baru-baru ini direpresentasikan sebagai potensial vektor.
Diasumsikan untuk menjadi keadaan nyata dari materi dan mencari efeknya.
Perubahan keadaan mempunyai efek bisa diidentifikasi dengan jelas (arus
induksi) – tetapi Faraday juga mencari efek dari keadaan ’while it continued’, dan dia menganggap efeknya sebagai kondisi
yang perlu dari eksistensinya. Standar belakang pencarian (dimana saya akan
memanggilnya kriteria Faraday) ialah bahwa entitas teoretis merepresentasikan
entitas nyata hanya jika bisa ditunjukkan pengaruh terhadap dirinya sendiri dan
tidak melulu ketika berubah, atau bertindak dalam kontes dengan entitas lain.
Standar yang sangat rumit menyulitkan penerapan versi kedua dari realisme
ilmiah.
Dia juga membuat kita memahami mengapa
begitu banyak ilmuwan menolak teori atom sebagai sebuah catatan dari aturan zat/bahan
meskipun kemampuannya untuk menjelaskan kenyataan yang sudah familiar dan
memprediksikan yang tidak familiar (kebebasan, lebar range nilai yang lebih,
dari kerapatan dan kekentalan gas): ramalan melibatkan fenomena massa dan tidak
mempercayai keanehan-keanehan proses molekul (atom) individual. ”hal tersebut
hanya masuk pada gerak Brown – yang mana kemudian menjadi fenomena krusial
untuk teori kinetik. Lagipula, kita menyadari bahwa mungkin pantas
mempertahankan entitas teoretis yang tidak memuaskan kriteria Faraday: teori
baru mungkin memperkenalkan koneksi baru dan bermaksud menemukan efek yang
diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar